Kejadian ini terjadi ketika saya masih koas di ilmu penyakit dalam. Malam itu seperti biasa saya harus keliling ruangan untuk memastikan tidak ada pasien-pasien yang sedang gawat. Ketika saya memasuki ruangan B, saya diberitahu bahwa ada pasien baru, sudah tua, dan dalam keadaan tidak sadar setelah sebelumnya mengalami diare. Saya tidak mengulas tentang penyebab tidak sadarnya si pasien atau bagaimana dengan diarenya, lagian pasien ini masih baru, dan dari diagnosa fisik tidak ditemukan sesuatu yang bermakna selain vital signnya yang melemah dan hasil laboratoriumnya yang belum keluar. Pasien ini sudah mendapat rehidrasi di UGD. Nah, ketika keadaan semakin memburuk, keluarga sudah mulai gelisah. Tensi terakhir adalah 60 palpasi, dan nadinya melemah. Lalu akhirnya saya konsulkan kepada spesialis penyakit dalam yang memang memegang ruangan itu, dan diberi terapi untuk meningkatkan tensinya (dopamin dengan memakai syringe pump). Tapi ternyata hal itu tidak juga membantu, dan lama kelamaan kondisi pasien semakin memburuk, tensi tak terukur, gerakan nafas tidak ada, tapi saya masih merasakan adanya denyut nadi, walaupun lemah!.
Namun apa yang terjadi selanjutnya ? inilah yang membuat saya kaget, keluarga meminta saya mencopot seluruh alat-alat medis yang dipasang dan menyatakan bahwa kondisi pasien meninggal. Dan paksaan itu berlangsung berkali-kali. Saya sebagai seorang dokter muda saat itu, juga pernah disumpah sebelum melaksanakan koas bahwa saya akan berusaha untuk meyelamatkan pasien dan bukan mengakhiri hidup pasien. Wah, mungkin karena kesal kali ya, akhirnya saya berbicara dengan nada yang meninggi, “ Pak, saya sudah disumpah pak! Untuk berusaha menyelamatkan pasien saya”. Namun bapak itu masih tetap saja memaksa saya untuk melakukan itu, dan beralasan bahwa dikampungnya ada hajatan pernikahan cucu sipasien, sementara bila semua keluarga di RS, maka tidak ada yang membantu pelaksananaan hajatan tersebut. Bah, hanya karena hajatan mereka tega berbuat ini? Jujur saja saya yakin kondisi seperti ini tidak akan tertolong, namun apakah mereka tidak bisa “menunggu” sebentar sampai benar-benar pasien bisa dinyatakan meninggal?. Wah, lagi-lagi sumpah saya diuji neh…..hehehehehe
Mungkin orang menganggap bahwa hanya dengan sumpah tidak akan mampu membuat para dokter untuk bertindak benar, tapi buat saya, sumpah hipokrates merupakan amanat yang betul-betul harus terpatri dalam hati saya dan harus bisa saya amalkan. Saya percaya bahwa dengan bertindak berdasarkan sumpah hipokrates akan bisa membuat saya menjadi dokter yang baik dan professional nantinya……………………………………….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar