Facchetti siapa yang tidak kenal sama Cipe (panggilan Facchetti) ?
Mantan pemain Inter di era 60-an ini telah menancapkan namanya di kancah persepakbolaan Italia, bahkan dunia! Masih ingat pertahanan gerendel atau yang lebih terkenal dengan nama catenaccio, ia salah satu aktor dibalik kesuksesan pertahanan yang bak rantai tersebut.
Kali ini kita akan membahas awal mula karir sang pemain di Internazionale sampai akhir hidupnya beberapa tahun lalu.
Awal Karir
Treviglio , kota kecil berukuran 31 km² ini merupakan saksi kelahiran bintang baru pada era 60-an itu. Ya, Cipe lahir pada 18 Juli 1942 dan besar disana. Facchetti kecil bergabung dengan, Trevigliese, klub lokal untuk mengasah keahlian sepakbola nya. Dan pada awal karir ternyata ia beroperasi di depan gawang lawan, ya dia adalah penyerang! Pada usia 16 tahun ia memiliki dua pilihan klub besar yang bermarkas di Lombardia pada waktu itu Atalanta dan Internazionale. Dan akhirnya ia memilih Inter, dimana ia nantinya menorehkan tinta emas, sebagai klub profesional pertamanya .
Dari Inter ke Inter
Saat Helenio Herrera menjadi pelatih kepala Inter pada waktu itu, ia menyadari bakat terpendam Cipe untuk beroperasi di sektor belakang, dan akhirnya ia menikmati peran barunya sebagai fullback. Dan pada musim 1960/1961 ia melakukan debutnya bersama Internazionale melawan Roma (21 Mei 1961), dan debutnya berakhir manis, 2-0 untuk kemenangan Inter. Namun ia tidak dapat langsung memberikan gelar pada debut karirnya, begitu juga di tahun berikutnya. Penantian itu akhirnya datang juga, pada musim kompetisi 1962/1963 ia memberikan gelar scudetto dan ia juga menyumbang 4 gol, sebuah catatan yang dapat dibanggakan mengingat ia beroperasi sebagai bek. Setahun berselang, pada musim 1963/1964 ia gagal membawa Inter memboyong Doppietta scudetto, namun ia membawa Internazionale berjaya di tanah eropa melalui gelar di Piala Champion (kini Liga Champion). Saat itu ia membantu Internazionale mengalahkan klub raksasa Spanyol, Real Madrid, dengan skor 3-1 di Prater Stadium, Vienna.
Satu musim berselang, pada tahun berikutnya (1964/195) kembali, ia membawa Inter juara di final Piala Champion, yang saat itu digelar di stadion San Siro, Milan. Inter kala itu mengalahkan Benfica, yang sudah dua kali menjuarai kompetisi serupa sebelumnya dengan skor tipis, 1-0. Tidak hanya itu! Inter juga menjuarai scudetto pada tahun ini. Sungguh prestasi yang sangat membanggakan untuk Facchetti, dan ia memiliki peranan besar mengantarkan Inter mendapatkan dua gelar tersebut.
Tidak hanya suka, Cipe juga merasakan duka saat berada di Inter. Pada musim 1965/1966 ia gagal mengantarkan Inter ke final setelah dikandaskan Real Madrid dengan agregat 2-1 di semifinal. Walaupun begitu, titel scudetto tetap berhasil diraihnya.
Mungkin, pengalaman paling pahit ia rasakan pada tahun 1966/1967. Berhasil mengantarkan Internazionale sampai ke final Piala Champion, namun saat itu pasukan Celtic seakan memiliki “obat anti-catenaccio”, dan akhirnya Inter kalah 2-1. Ia juga gagal memboyong scudetto kembali ke San Siro. Dan itu juga menandai puasa gelar inter selama beberapa saat.
Total Facchetti telah memberikan 9 gelar kepada Inter, yaitu: 4 scudetto (1963, 1965, 1966, dan 1971), satu coppa Italia (1978), dua Piala Champion (1964 dan 1965), serta Piala Interkontinental (1964 dan 1965). Ia pun memutuskan pensiun dari Inter pada tahun 1978, dan ia mencatatkan namanya sebagai pemain yang tampil terbanyak dengan 476 penampilan, sebelum dipecahkan rekornya oleh Beppe Bergomi (519).
Melenggang ke Timnas Italia
Apik bersama Internazionale ia pun dipanggil timnas Italia, tepatnya saat melawan Turki (27/3/1963) ketika itu Italy unggul 0-1 atas tuan rumah. Ketika itu timnas sedang diasuh oleh Edmondo Fabbri. Sedangkan gol pertamanya di pentas internasional ketika melawan Finlandia (4/10/1964), dengan skor 6-1 untuk Italia.
Penampilannya yang bagus di Inter juga ia bawa saat memperkuat Italia pada Piala Eropa 1968. Saat itu Italia dibawanya dibawa menjadi kempiun Eropa setelah mengalahkan Yugoslavia di final dengan skor 2-0. Dan yang lebih membanggakan lagi, ketika itu ia menggenggam jabatan kapten! Dua tahun berselang tepatnya Piala Dunia di Mexico (1970) ia lagi-lagi berjasa membawa Italia melaju ke final dan berhadapan dengan Brazil, sayang saat itu Italia tidak dapat membendung keperkasaan Brazil, mereka kalah dengan skor yang telak 4-1.
Selain memberikan prestasi bersama Italia, ia juga memiliki prestasi-prestasi pribadiyang ia torehkan bersama Italia, 94 kali tampil untuk Italia dengan 70 diantaranya ia jalankan sebagai kapten, rekornya hanya bisa dilewati oleh Dino Zoff (112), Paolo Maldini (128), dan Fabio Cannavaro (115). Dan caps terakhirnya bersama Italia ia lakoni ketika bertanding melawan Inggris (16/11/1977), dengan hasil kemenangan untuk Inggris (2-0).
Staff, Pengurus, dan (Pecinta) Internazionale
Loyal, gentle, dan good personality. Mungkin kata-kata itu yang hanya dapat digambarkan oleh para pecinta sepakbola atas sosok Giacinto Facchetti. Karena kata-kata itu juga, ia masih bertahan di Inter walaupun pensiun sebagai pemain sepakbola sudah dipilihnya. Berbagai macam jabatan telah diraihnya setelah pensiun (technical director, board member, worldwide ambassador and vice president), namun yang paling tinggi yang pernah ia jabat adalah sebagai presiden Inter menggantikan Massimo Moratti. Saat itu Moratti memberikan tanggung jawab kepada dia. Dibawah kepresidenannya, Inter yang paceklik gelar pada kurun waktu yang cukup lama, akhirnya mulai menuai hasil, dua Coppa Italia, dan tambahan scudetto, dan dua Super Coppa. Sebagai presiden ia juga dikenal dengan pembelian-pembeliannya yang efektif, beberapa diantaranya adalah pembelian kembali Adriano, Maicon –yang kini menjelma menjadi wing back terhebat di dunia– , dan jangan lupakan Ibrahimovic the new Van Basten.
Melawan Penyakit
Kanker pankreas, sudah diderita lama oleh Cipe. Ketika ia divonis menderita kanker pankreas, ia tetap menjalankan tugas kesehariannya sebagai presiden Inter, hal ini lah yang banyak dipuji oleh orang-orang, termasuk Moratti. Sampai akhirnya tubuhnya tak kuasa menahan penyakit itu, tidak seperti saat ia menahan serangan-serangan sepakbola pada era-nya.
Dear Cipe,
I didn't manage to tell you what I wanted to for fear of making you understand that time was inexorable and the illness terrible.
I am sorry, but I think I should thank you most of all for the patience you have always had with me. For your eyes that smiled, until the end, at the enthusiasm or the irony with which I tried to overcome the difficult times with you.
A few days ago you spoke to me with hardly any voice left - and with the expression of someone who loves you - about Inter, projecting your thoughts towards a future beyond our possibilities, humble, ignorant and human.
A few months ago I asked you, half joking and half serious, why we never managed to have a referee as a friend, so we could feel protected at least once. And you, with an expression that was both soft and severe, replied to me that I couldn't ask you this because you weren't capable.
Fantastic. Your great dignity wasn't capable of it, your natural honesty wasn't capable of it. Neither was the sportsmanship that remained intact since your first day at Inter, with Herrera who mistakenly called you Cipelletti, and since then all of us have called you Cipe. Gentle, intelligent, courageous, reserved, far from every vulgar reaction.
Thank you again for having honoured Inter, and with her, all of us.
Massimo Moratti
Monday, 04 September 2006
Dan Pada akhirnya ia menutup usia pada 4 September 2006 lalu akibat penyakitnya itu. Juga Inter memensiunkan no.3, yang sebelumnya dipakai oleh Burdisso, sebagai tanda penghormatan kepadanya.
Rest in peace Inter legend, may the rest continue your struggle.
dikutip dari : www.interclub.or.id
Mantan pemain Inter di era 60-an ini telah menancapkan namanya di kancah persepakbolaan Italia, bahkan dunia! Masih ingat pertahanan gerendel atau yang lebih terkenal dengan nama catenaccio, ia salah satu aktor dibalik kesuksesan pertahanan yang bak rantai tersebut.
Kali ini kita akan membahas awal mula karir sang pemain di Internazionale sampai akhir hidupnya beberapa tahun lalu.
Awal Karir
Treviglio , kota kecil berukuran 31 km² ini merupakan saksi kelahiran bintang baru pada era 60-an itu. Ya, Cipe lahir pada 18 Juli 1942 dan besar disana. Facchetti kecil bergabung dengan, Trevigliese, klub lokal untuk mengasah keahlian sepakbola nya. Dan pada awal karir ternyata ia beroperasi di depan gawang lawan, ya dia adalah penyerang! Pada usia 16 tahun ia memiliki dua pilihan klub besar yang bermarkas di Lombardia pada waktu itu Atalanta dan Internazionale. Dan akhirnya ia memilih Inter, dimana ia nantinya menorehkan tinta emas, sebagai klub profesional pertamanya .
Dari Inter ke Inter
Saat Helenio Herrera menjadi pelatih kepala Inter pada waktu itu, ia menyadari bakat terpendam Cipe untuk beroperasi di sektor belakang, dan akhirnya ia menikmati peran barunya sebagai fullback. Dan pada musim 1960/1961 ia melakukan debutnya bersama Internazionale melawan Roma (21 Mei 1961), dan debutnya berakhir manis, 2-0 untuk kemenangan Inter. Namun ia tidak dapat langsung memberikan gelar pada debut karirnya, begitu juga di tahun berikutnya. Penantian itu akhirnya datang juga, pada musim kompetisi 1962/1963 ia memberikan gelar scudetto dan ia juga menyumbang 4 gol, sebuah catatan yang dapat dibanggakan mengingat ia beroperasi sebagai bek. Setahun berselang, pada musim 1963/1964 ia gagal membawa Inter memboyong Doppietta scudetto, namun ia membawa Internazionale berjaya di tanah eropa melalui gelar di Piala Champion (kini Liga Champion). Saat itu ia membantu Internazionale mengalahkan klub raksasa Spanyol, Real Madrid, dengan skor 3-1 di Prater Stadium, Vienna.
Satu musim berselang, pada tahun berikutnya (1964/195) kembali, ia membawa Inter juara di final Piala Champion, yang saat itu digelar di stadion San Siro, Milan. Inter kala itu mengalahkan Benfica, yang sudah dua kali menjuarai kompetisi serupa sebelumnya dengan skor tipis, 1-0. Tidak hanya itu! Inter juga menjuarai scudetto pada tahun ini. Sungguh prestasi yang sangat membanggakan untuk Facchetti, dan ia memiliki peranan besar mengantarkan Inter mendapatkan dua gelar tersebut.
Tidak hanya suka, Cipe juga merasakan duka saat berada di Inter. Pada musim 1965/1966 ia gagal mengantarkan Inter ke final setelah dikandaskan Real Madrid dengan agregat 2-1 di semifinal. Walaupun begitu, titel scudetto tetap berhasil diraihnya.
Mungkin, pengalaman paling pahit ia rasakan pada tahun 1966/1967. Berhasil mengantarkan Internazionale sampai ke final Piala Champion, namun saat itu pasukan Celtic seakan memiliki “obat anti-catenaccio”, dan akhirnya Inter kalah 2-1. Ia juga gagal memboyong scudetto kembali ke San Siro. Dan itu juga menandai puasa gelar inter selama beberapa saat.
Total Facchetti telah memberikan 9 gelar kepada Inter, yaitu: 4 scudetto (1963, 1965, 1966, dan 1971), satu coppa Italia (1978), dua Piala Champion (1964 dan 1965), serta Piala Interkontinental (1964 dan 1965). Ia pun memutuskan pensiun dari Inter pada tahun 1978, dan ia mencatatkan namanya sebagai pemain yang tampil terbanyak dengan 476 penampilan, sebelum dipecahkan rekornya oleh Beppe Bergomi (519).
Melenggang ke Timnas Italia
Apik bersama Internazionale ia pun dipanggil timnas Italia, tepatnya saat melawan Turki (27/3/1963) ketika itu Italy unggul 0-1 atas tuan rumah. Ketika itu timnas sedang diasuh oleh Edmondo Fabbri. Sedangkan gol pertamanya di pentas internasional ketika melawan Finlandia (4/10/1964), dengan skor 6-1 untuk Italia.
Penampilannya yang bagus di Inter juga ia bawa saat memperkuat Italia pada Piala Eropa 1968. Saat itu Italia dibawanya dibawa menjadi kempiun Eropa setelah mengalahkan Yugoslavia di final dengan skor 2-0. Dan yang lebih membanggakan lagi, ketika itu ia menggenggam jabatan kapten! Dua tahun berselang tepatnya Piala Dunia di Mexico (1970) ia lagi-lagi berjasa membawa Italia melaju ke final dan berhadapan dengan Brazil, sayang saat itu Italia tidak dapat membendung keperkasaan Brazil, mereka kalah dengan skor yang telak 4-1.
Selain memberikan prestasi bersama Italia, ia juga memiliki prestasi-prestasi pribadiyang ia torehkan bersama Italia, 94 kali tampil untuk Italia dengan 70 diantaranya ia jalankan sebagai kapten, rekornya hanya bisa dilewati oleh Dino Zoff (112), Paolo Maldini (128), dan Fabio Cannavaro (115). Dan caps terakhirnya bersama Italia ia lakoni ketika bertanding melawan Inggris (16/11/1977), dengan hasil kemenangan untuk Inggris (2-0).
Staff, Pengurus, dan (Pecinta) Internazionale
Loyal, gentle, dan good personality. Mungkin kata-kata itu yang hanya dapat digambarkan oleh para pecinta sepakbola atas sosok Giacinto Facchetti. Karena kata-kata itu juga, ia masih bertahan di Inter walaupun pensiun sebagai pemain sepakbola sudah dipilihnya. Berbagai macam jabatan telah diraihnya setelah pensiun (technical director, board member, worldwide ambassador and vice president), namun yang paling tinggi yang pernah ia jabat adalah sebagai presiden Inter menggantikan Massimo Moratti. Saat itu Moratti memberikan tanggung jawab kepada dia. Dibawah kepresidenannya, Inter yang paceklik gelar pada kurun waktu yang cukup lama, akhirnya mulai menuai hasil, dua Coppa Italia, dan tambahan scudetto, dan dua Super Coppa. Sebagai presiden ia juga dikenal dengan pembelian-pembeliannya yang efektif, beberapa diantaranya adalah pembelian kembali Adriano, Maicon –yang kini menjelma menjadi wing back terhebat di dunia– , dan jangan lupakan Ibrahimovic the new Van Basten.
Melawan Penyakit
Kanker pankreas, sudah diderita lama oleh Cipe. Ketika ia divonis menderita kanker pankreas, ia tetap menjalankan tugas kesehariannya sebagai presiden Inter, hal ini lah yang banyak dipuji oleh orang-orang, termasuk Moratti. Sampai akhirnya tubuhnya tak kuasa menahan penyakit itu, tidak seperti saat ia menahan serangan-serangan sepakbola pada era-nya.
Dear Cipe,
I didn't manage to tell you what I wanted to for fear of making you understand that time was inexorable and the illness terrible.
I am sorry, but I think I should thank you most of all for the patience you have always had with me. For your eyes that smiled, until the end, at the enthusiasm or the irony with which I tried to overcome the difficult times with you.
A few days ago you spoke to me with hardly any voice left - and with the expression of someone who loves you - about Inter, projecting your thoughts towards a future beyond our possibilities, humble, ignorant and human.
A few months ago I asked you, half joking and half serious, why we never managed to have a referee as a friend, so we could feel protected at least once. And you, with an expression that was both soft and severe, replied to me that I couldn't ask you this because you weren't capable.
Fantastic. Your great dignity wasn't capable of it, your natural honesty wasn't capable of it. Neither was the sportsmanship that remained intact since your first day at Inter, with Herrera who mistakenly called you Cipelletti, and since then all of us have called you Cipe. Gentle, intelligent, courageous, reserved, far from every vulgar reaction.
Thank you again for having honoured Inter, and with her, all of us.
Massimo Moratti
Monday, 04 September 2006
Dan Pada akhirnya ia menutup usia pada 4 September 2006 lalu akibat penyakitnya itu. Juga Inter memensiunkan no.3, yang sebelumnya dipakai oleh Burdisso, sebagai tanda penghormatan kepadanya.
Rest in peace Inter legend, may the rest continue your struggle.
dikutip dari : www.interclub.or.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar